![]() |
Foto: Hawa Sengadji |
Masyarakat
desa dan dusun pesisir Adonara umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan.
Tapi tidak untuk dusun Watampao yang
terletak di sebelah barat Waiwerang, Ibukota kecamatan Adonara Timur. Dusun
pesisir yang termasuk dalam Desa Bloto ini penghasilan keluarganya tidak
bergantung dari kegiatan melaut. Mereka mempunyai masyarakat yang ternyata
memiliki salah satu mata pencaharian yang semakin bertambah banyak jumlahnya
dari hari ke hari. Mata pencaharian tersebut adalah menjadi pengumpul kayu
bakar.
Saban
hari, anak-anak gadis bersama teman-teman serta ibu mereka keluar masuk hutan
sekitar Desa Bloto. Mereka mencari kayu bakar untuk dibawa pulang ke dusunnya
dan dijual persis di sepanjang jalan trans Adonara yang membentang dari
Waiwerang ke Tobilota. Lokasi berjualan tepat di depan lorong masuk dusun.
Kayu-kayu tersebut diikat dengan tali gewang dan dijejerkan sepanjang sisi
jalan.
Rata-rata
anak gadis di sana putus sekolah di tingkat SD dan langsung beralih menjadi
pencari kayu. Mereka mewarisi pekerjaan yang dilakukan oleh ibu mereka.
Kayu-kayu tersebut dijual dengan harga seratus ribu rupiah setiap tujuh ikat.
Menurut
penuturan kepada penulis, masyarakat Desa Lamahala adalah konsumen terbesar
usaha pengumpulan kayu bakar ini. Setiap hari pasti ada saja kendaraan yang
berdatangan dari Lamahala untuk membeli kayu untuk keperluan "krejha", baik untuk pesta
pernikahan, baca doa pada peristiwa kedukaan maupun aqiqah atau doa-doa
syukuran lainnya.
Dalam
sehari, rata-rata mereka bisa mendapat pemasukkan lebih dari dua juta. Mungkin
inilah salah satu faktor terbesar sehingga banyak anak gadis yang lebih memilih
berhenti sekolah dan mengikuti ibu mereka keluar masuk hutan untuk mencari kayu
bakar.
Biasanya,
para pengumpul kayu ini keluar masuk hutan secara berkelompok. Dalam sehari,
mereka bisa dua kali keluar masuk hutan. Kegiatan yang mayoritas pelakunya
adalah kaum perempuan ini menjadikan Dusun Watanpao sebagai salah satu penyedia
kayu bakar terbanyak seputar Adonara Timur.
Tetapi
bagi penulis, fakta ini disertai perasaan sedih yang terus mengganggu. Ternyata
beberapa anak yang ditemui di sana
rata-rata berumur belasan tahun. Seharusnya saat ini mereka mengenyam
pendidikan di tingkat SMP. Seharusnya pula besok mereka akan mengikuti Ujian
Sekolah seperti anak sebaya mereka. Tetapi saat ini, mereka harus membantu
orangtua. Demi mencari sumber penghidupan, mereka harus melepas masa indah di
bangku sekolah. Inilah fakta miris kampung muslim di pesisir Adonara ini.
Dusun
Watampao sendiri memiliki satu hari
pasar yang biasa dikenal dengan pasar "Benamang". Pasar ini dibuka
setiap hari Rabu setiap pekan. Di pasar ini dijual berbagai macam hasil kebun
masyarakat dari desa-desa tetangga. Para pedagang hasil ladang ini berasal dari
Desa Molong, Desa Mewet, desa Baniona, dan Desa Kwela. Sementara dari Dusun
Watanpao sendiri hanya sebagian kecil yang menjual ikan hasil tangkapan
nelayannya pada hari pasar ini. Pedagang dari Lamahala pun biasanya hadri di
pasar ini. Mereka adalah beberapa pedagang hasil pandai besi, jajanan pasar dan pedagang sembako. (teks:
Hawa Sengadji. Edit: Simpet)
![]() |
Penulis sedang ber-selfie. Foto: Hawa Sengadji |
![]() |
Foto: Hawa Sengadji |
![]() |
Foto: Hawa Sengadji |
![]() |
Foto: Hawa Sengadji |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar